Tacca palmata

Tacca palmata
freelance

Kamis, 13 Oktober 2011

perkecambahan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kecambah
- Mengetahui pengertian dari perkecambahan
- Mengetahui jenis hormon yang mempengaruhi dalam perkembangan perkecambahan.

1.2 Tinjauan Pustaka
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Kimball,1996).
Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbahan tumbuhan embrio didalam biji. Yang di perkannya ialah suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai dan cukup bagi satu spesies mungkin tidak demikian bagi yang lain, namun untuk tiap spesies harus dipenuhi tiga kondisi. Periode dormasi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam bijinya ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun akan dipecah pada suhu rendah samapai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik (Kimball,1996).
Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri, terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan persyatan yang penting bagi perkecambahan untuk beberapa kasus. Biji-biji beberapa tumbuhan rawa hanya akan berkecambah setelah lama terkena cahaya matahari. Sebaliknya biji tumbuhan gurun pasir tertentu justru terhalang kalau terlalu lama terkena cahaya (Kimball,1996).
Gerakan Pertumbuhan
Kecuali gerakan turgor, tumbuhan bereaksi terhadap perubahan di alam sekitarnya dengan pertumbuhan. Tentu saja respon jenis ini perlu jangka waktu yang lama dari pada respon turgor atau respon sistem sarap pada hewan. Respon pertumbuhan dapat mengkibatkan bagian tumbuhan cepat tumbuh dari pada bagian lainnya. Respon seperti ini menghasilkan gerakan yang pasti tetapi relatif sensitif lamban. Pada tumbuhan dikenal dua macam gerakan pertumbuhan sebagai respon gerakan pertumbuhan sebagai respon terhadap rangsangan dari luar (Kimball,1996).
1. Gerakan nasti, ialah respon yang tidak ditentukan oleh arah asal rangsangan luar yang mengenai organisme. Bunga-bunga tertentu merekah setelah matahari terbit adalah contoh dari gerakan nasti.
2. Tropisme, ialah gerakan pertumbuhan yang arahnya ditentukan oleh arah rangsangan yang mengenai tumbuhan. Jika bagian yang tumbuh ke arah asal rangsangan tropisme itu positif, pertumbuhan ke arah yang berlawanan dengan arah rangsangan merupakan tropisme negatif.
Selain gerakan pertumbuhan, kita tahu bahwa beberapa perubahan perkembangan penting pada tumbuhan terjadi sebagai respon terhadap rangsangan lingkungan. Perkecambahan biji, perkembangan kembali tumbuhan tahunan pada musim semi, dan perkembangan bunga dimulai sebagai hasil picuan lingkungan. Masalah pengertian bagaimana tumbuhan bereaksi terhadap perubahan di alam sekitarnya ada dua macam. Yang pertama, kita harus mengetahui bagaimana tumbuhan mendeteksi rangasangan khusus. Yang kedua, kita harus mengetahui bagaimana berbagai jaringan tumbuhan itu terkoordinasi untuk bertindak terhadap respon tadi (Kimball,1996).
Walaupun tumbuhan tidak memiliki sistem saraf, tumbuhan mempunyai berbagai mekanisme sehingga dapat bereaksi terhadap perubahan dialam sekitar. Tumbuhan bereaksi terhadap arah cahaya, panjang gelombang, dan lam pengenaan cahaya. Tumbuhan bereaksi terhadap gravitasi dan suhu. Semua respon ini memerlukan suatu cara (fitokrom, karotenoid) pendeteksian di alam sekitar. Mekanisme detektor ini dapat ditempatkan pada kuncup terminal atau daun atau dimana saja. Bila rangsangan itu sudah terdeteksi maka tanaman ini memerlukan sistem komunikasi agar memungkinkan semua bagian tanaman bereaksi denagn cara yang baik lagi terkordinasi. Sistem komunikasi bias terdiri dari pengaruh kimiawi misalnya auksin, florigen yang diangkut dalam floem (Kimball,1996).
Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury,1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang strukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro,1992).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan sistem tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali. Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang di antara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury, 1995).
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya). Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah. Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan). Jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif).
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut.
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya perkecambahan yang dikendalikan cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas rendah, tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar.
Ekologi tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Berarti diatas kanopi dan didalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun tesebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan. Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal, sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negatif akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi ketegaran secara menyeluruh. Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya. Sedang cahaya sangat dibutuhkan untuk :Pembentukan zat warna hijau (chlorophyll), Pertumbuhan tanaman dan kualitas dari pada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Anonim, 2008).





















BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan perkembangan perkecambahan ditempat terang dan gelap yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa;
- faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perkecambahan yaitu faktor cahaya, suhu, temperatur, lingkungan dan pH.
- Suatu tahap awal perkembangan suatu tumbuhan khususnya tumbuhan biji dawali dengan penyerapan.
- Hormone yang membantu dalam perkembangan dan pertumbuhan kecambah ialah auksin, giberelin, asam abisat.
4.2. Saran
Pada percobaan selanjutnya dharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan rajin dalam melakukan pengamatan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang kita harapkan.













DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Auksin. http://id.wikipedia.org/. diakses pada tanggal 10 Maret 2010 pukul 20:41 WIT : Samarinda.

Anonim, 2008. Hormon. http://id.wikipedia.org/. diakses pada tanggal 7 Juni 2010 pukul 11:41 WIT : Samarinda.

Dwidjoseputro, D., 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta.
Kimball, John W., 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar