Tacca palmata

Tacca palmata
freelance

Rabu, 28 April 2010

media mikroba

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi mikroba di alam tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel dan dalam jumlahnya sangat besar dan kompleks. Mikroba ini terdiri jutaan spesies yang hidup dan menghuni setiap bagian yang ada di alam, baik ditubuh kita, seperti saluran pencernaan dan kulit, bahkan pada benda mati seperti udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat yang juga dihuni oleh beragam mikroorganisme.

Didalam analisis laboratorium mikrobiologi bakteri-baketri tersebut memiliki manfaat bagi dunia ilmu pengetahuan baik bersifat negative atau positif. Namun mikroba tersebut masih berbentuk campuran, sehingga mikroba tersebut harus dipisahkan agar kita mendapat mikroba (bakteri dan jamur) yang kita inginkan.

Untuk mendapatkan bakteri dan jamur tersebut maka dilaboratorium mikrobiologi dilakukan pembiakan dengan teknik isolasi. Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk).

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk memahami tentang proses isolasi dan fingsinya. Bakteri dan jamur ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mengetahui bentuk mikroba (bakteri dan jamur) yang terkandung di dalam air sungai Mahakam.

b. Mengetahui fungsi dari pemanasan dengan menggunakan Bunsen Burner.

c. Mengetahui kenapa lama inkubasi pada media NA dan media PDA berbeda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, diperlukan substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.

Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan :

a. Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

b. Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba.

c. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikro yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan (Suriawiria, 2005).

Isolasi Mikroorganisme

Untuk memperoleh mikroorganisme yang sesuai dalam industri adalah memperolehnya dari lingkungan. Lingkungan yang paling umum adalah dari tempat produksi atau pada produk yang dihasilkan meskipun dapat pula diperoleh dari lingkungan lain serperti tanah, air, dan sebagainya. Umumnya isolat selalu diperoleh dari lingkungan yang mendekati atau pada substrat tempat tumbuhnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh isolat organisme yang digunakan untuk membuat kecap dapat diperoleh dari lokasi pembuatan kecap (Hidayat, 2006).

Berdasarkan bentuk morfologi

Bakteri dapat digolongkan atas tiga golongan yaitu:

1. Basil (dari bacillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagaian besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, begandengan dua-dua atau terlepasa satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam.

2. Kokus (dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebut streptokokus; ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus; kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafikokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.

3. Spiril (dari spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak terdapat banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika disbanding dengan golongan kokus maupun golongan basil (Dwijoseputro, 2005).

Problem yang sering muncul adalah memilih media pertumbuhannya. Langkah pertama yang sering dilakukan adalah mematikan atau menghambat kontaminan yang sering ada. Kultur yang diperkaya sering digunakan untuk memacu pertumbuhan organisme yang diharapkan sehingga dapat diisolasi. Isolat yang diperoleh kemudian dimurnikan dan ditumbuhkan pada media padat. Sebagai kultur sediaan digunakan media agar miring, isolat yang digunakan harus diuji terlebih dahulu terhadap kemampuan membuat produk yang diharapkan, senyawa-senyawa penghambat dan pemacu pertumbuhannya, kondisi lingkungan yang diharapkan untuk tumbuh dan berproduksi secara optimum dan sebagainya.

Tahap pertama dalam penampihan mikroba yang potensial untuk diterapkan dalam industri adalah isolasi. Isolasi meliputi mendapatkan, memurnikan, identifikasi, dan pengujian produksi. Oleh karena itu yang perlu diingat adalah bahwa isolat secara ekonomis menguntungkan dan seleksi kultur merupakan perpaduan antara produktivitas mikroba dan ekonomi proses.

Kriteria yang penting untuk memilih mikroba adalah:

1. Karakteristik Nutrisi Mikroba, dalam proses dibutuhkan medium yang sangat murah atau telah ditetapkan, misalnya menggunakan methanol sebagai sumber energi. Dalam hal ini dibutuhkan medium isolasi yang sesuai.

2. Suhu optimum mikro, menggunakan mikroba yang mempunyai suhu optimum di atas 400C, sehingga mengurangi biaya pendinginan pada fermentasi skala besar sehingga menggunakan suhu tersebut untuk isolasi merupakan hal yang penting.

3. Aksi mikroba terhadap peralatan yang digunakan, dalam beberapa hal isolate dapat dicari dari alam sekitar namun dapat juga dari instansi yang melakukan koleksi kultur (Hidayat, 2006).

Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) boleh dikata tidak ada bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainya. Kerapkali bakteri pathogen kedapatan bersama-sama bakteri saproba. Yang terakhir ini boleh disebut penyerbu yang membonceng. Mungkin juga bakteri pathogen yang membonceng dan siapa yang di boncengi diberikan pedoman “ siapa yang kedapatan di situ lebih dahulu dan siapa yang datang terkemudian”. Dengan Pengenceran (Lister 1865), dengan penuangan (Robert Koch 1843-1905), dengan penggesekan, dengan mengucilkan satu sel dan dengan inokulasi hewan (Dwidjiseputro, 2005)

Medium yang diharapkan adalah medium yang memungkinkan isolat dapat tumbuh dengan baik dan memberikan penampakan bahan genetik yang maksimum. Rancangan media yang memberikan produk yang baik adalah:

1. Buat kisaran medium dengan nutrient pembatas berbeda (misalnya C, N, P atau O).

2. Untuk tiap tipe nutrein digunakan bentuk-bentuk yang berbeda yang mampu mendukung pertumbuhan.

3. Gunakan polimer atau bentuk kompleks pada nutrein pembatas pertumbuhan.

4. Hindarkan bentuk-bentuk yang cepat diasimilasi, seperti karbon (glukosa) atau nitrogen (NH4+) yang dapat menyebabkan penekanan katabolisme.

5. Pastikan kofaktor yang diketahui ada (Co3+, Mg+2, Mn2+).

6. Gunakan buffer untuk meminimalkan perubahan pH yang terjadi (Hidayat, 2006).

Sifat-sifat umum suatu koloni

a. Besar-kecilnya suatu koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.

b. Bentuk, ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, ada yang tepinya tidak rata.

c. Kenaikan permukaan, ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul yaitu, menjulang tebal di atas permukaan medium.

d. Halus-kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus saja, ada yang permukaannya kasar, tidak rata.

e. Wajah permukaan, ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram.

f. Warna, kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau, ungu.

g. Kepekatan, ada koloni yang lunak seperti lendir, ada lunak seperti mentega, ada yang keras dan kering.

Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium padat

a. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan, bentuk, permukaan, dan tepi. Bentuk koloni dilukisan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencekung, timbul mencembung, timbul membukti, timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang benang-benang, ada yang keriting.

b. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring, sifat-sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan sifat-sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti: serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang, serupa akar.

c. Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin, ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang tidak mampu mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping, maka bentuk-brntuk koloni yang tidak mengencerkan gelatin, dapat serupa pedang, serupa tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot, dan serupa batang (Dwidjoseputro, 2005).

Isolasi Khamir

Teknik goresan yang secara umum digunakan untuk pemurnian bakteri juga digunakan dan sesuai untuk isolasi khamir. Satu metode yang secara luas digunakan oleh ahli khamir adalah dengan mendespresi satu bagian koloni dalam 2 sampai 3 ml air steril, kemudian menggoreskan satu ose suspense ini di atas media agar membentuk goresan zig-zag dari satu sisi ke sisi yang lain.

Jika semua koloni tunggal menampakkan ukuran dan penampakan yang serupa, kultur ini dianggap murni. Perlu dilakukan uji secara mikroskopis atas beberapa koloni tunggal.

Isolasi jamur

Isolasi tergantung pada pengambilan sejumlah kecil sampel hifa atau spora, di anggap murni oleh mata, lensa pembesar, stereomikroskop dan letakkan sampel pada media agar sebagai inokulum titik.

Tempat paling sederhana untuk memulai isolasi jamur adalah media perhitungan dengan sebaran koloni yang baik. Gunakan jarum preparat, sterilkan dengan pemanasan, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri hingga dingin baru kemudian digunakan untuk mengambil spora atau meselium dan inokulasikan. Membebaskan jamur dari bakteri sangatlah sulit kecuali dengan menggunakan antibiotik. Secara umum lebih mudah mengisolasi jamur yang tumbuh cepat dari pada yang lambat. Hifa yang paling luar justru biasanya bebas kontaminasi.

Guna penyimpanan dalam waktu pendek umumnya jamur disimpan pada agar miring yang secra tradisional ditutup kapas, yang secara modern dilakukan dengan menggunakan tabung dan penutupnya yang dapat tetap kering selama penyimpanan. Selama inkubasi, demi pertumbuhan jamur itu, tutup ini harus dikendorkan karena jamur membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan sporalisasinya (Hidayat, 2006).

Bagi banyak bakteri selama inkubasi 24 jam, satu koloni murni dapat terdiri dari 50-72 generasi sel yang timbul dari satu sel induk tunggal, satu sel murni terdiri dari bermilyar-milyar sel anak. Pertumbuhan bakteri sesungguhnya merupakan pertambahan jumlah sel dan bukan ukuran sel (Hadioetomo, 1983).

Proses pengenceran

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat-alat

1. Rak tabung reaksi

2. Cawan petri

3. Tabung reaksi

4. Bunsen burner

5. Alat tulis

6. Incubator

7. Flow cabinet

8. Botol kosong

9. Pipet tetes

3.1.2 Bahan

1. Alkohol

2. Kapas

3. Larutan NA

4. Larutan PDA

5. Tissue

6. Air sungai Mahakam

7. Aquades

8. Kertas label

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pengenceran bertingkat sampel

1. Sterilkan tangan terlebih dahulu dengan mengguanakan alkohol sebelum melakukan kegiatan.

2. Disiapkan air sungai mahakam sebagai sampel bakteri yang akan diamati.

3. Diambil 3 tabung reaksi yang disumbat kapas dan sudah diberi label 10-1, 10-2, 10-3,. yang sudah diisi setiap tabung dengan aquades sebanyak 9 ml.

4. Diambil tabung 10-1 denga mengunakan tangan kanan.

5. Dibuka sumbat kapas dengan menjepitnya dengan menggunakan jari kelingking dan jari manis pada tangan kiri, dan jari yang lain memegang pipet.

6. Dipanaskan mulut tabung reaksi dengan menggunakan Bunsen burner (lakukan hal yang sama setiap membuka sumbat tabung reaksi).

7. Diambil 1 pipet air sungai Mahakam, kemudian dimasukkan kedalam tabung 10-1.

8. Dilakukan penghomogenan dengan cara mempipet campuran larutan berulang-ulang sebanyak 10 X.

9. Kemudian diambil 1 pipet dari campuran di dalam tabung 10-1 dan tutup kembali sumbat, setelah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi 10-2.

10. Dilakukan penghomogenan dengan cara mempipet campuran larutan berulang-ulang sebanyak 10 X.

11. Kemudian diambil 1 pipet dari campuran di dalam tabung 10-2 dan tutup kembali sumbat dengan rapat, setelah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi 10-3.

12. Dilakukan penghomogenan dengan cara mempipet campuran larutan berulang-ulang sebanyak 10 X.

3.2.2 Pembuatan biakkan bakteri pada medium NA

1. Diambil cawan petri yang sudah disterilisasikan, kemudian dibuka kertas pembungkusnya.

2. Kemudian dipanas-panaskan pada Bunsen burner.

3. Diambil larutan NA yang sudah disterilisasi.

4. Dibuka sumbat dan almunium foilnya, kemudian dipanaskan mulut Erlenmeyer dengan menggunakan Bunsen burner.

5. Setelah itu dituangkan larutan NA pada cawan petri yang steril.

6. Kemudian ditutup lagi dengan rapat mulut Erlenmeyer, setelah itu tutup cawan petri.

7. Kemudian diambil 1 ml dengan pipet dari campuran larutan di dalam tabung 10-3 dan tutup kembali sumbat dengan rapat.

8. Setelah itu teteskan pada cawan petri yang berisi larutan NA.

9. Dihomogenkan dengan cara menggerakkan atau menggeser cawan petri membentuk angka 8 dengan perlahan-lahan.

10. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 24 jam di dalam incubator dengan suhu 400C.

11. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap bakteri yang tumbuh pada media dan digambar sebagi pertimbangan.

3.2.3 Pembuatan Biakkan Jamur pada Medium PDA

1. Diambil cawan petri yang sudah disterilisasikan, kemudian dibuka kertas pembungkusnya.

2. Kemudian dipanas-panaskan pada Bunsen burner.

3. Diambil larutan PDA yang sudah disterilisasi.

4. Dibuka sumbat dan almunium foilnya, kemudian dipanaskan mulut Erlenmeyer dengan menggunakan Bunsen burner.

5. Setelah itu dituangkan larutan PDA pada cawan petri yang steril.

6. Kemudian ditutup lagi dengan rapat mulut Erlenmeyer, setelah itu tutup cawan petri.

7. Kemudian diambil 1 ml dengan pipet dari campuran larutan di dalam tabung 10-3 dan tutup kembali sumbat dengan rapat.

8. Setelah itu teteskan pada cawan petri yang berisi larutan PDA.

9. Dihomogenkan dengan cara menggerakkan atau menggeser cawan petri membentuk angka 8 dengan perlahan-lahan.

10. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 48 jam di dalam incubator dengan suhu 370C.

11. Setelah 48 jam dilakukan pengamatan terhadap bakteri yang tumbuh pada media dan digambar sebagi pertimbangan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Prinsip percobaan pada praktikum isolasi bakteri dan jamur ini adalah untuk mengisolasi mikroba (bakteri dan jamur) yang ada pada sampel yang dibawa dengan cara menanamkan mikroba (bakteri dan jamur) tersebut ke dalam media NA (untuk bakteri) dan media PDA (untuk jamur), sebelum dilakukan isolasi terhadap bakteri dan jamur dilakukan terlebih dulu pengenceran bertingkat terhadap sampel dalam akuades sampai 10-3 (3× pengenceran) kemudian diambil 1 ml dari sampel dan dimasukkan dalam cawan petri yang sudah diisi dengan media PDA dan NA, lalu di inkubasi selama 24 jam untuk media NA dengan suhu 400C dan 48 jam untuk media PDA dengan suhu 370C, setelah diinkubasi lalu dilakukan pengamatan dan identifikasai terhadap bakteri dan jamur yang tumbuh di dalam setiap medium. Hal ini didasar dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah biakkan yang murni, tanpa ada mikroba lain yang tidak kita inginkan ikut tumbuh, sehingga perlu dilakukan isolasi.

Pengenceran bertingkat ini bertujuan untuk memperecil atau mengurangi mikroba yang tersupsensi dalam cairan (pada sampel), sehingga dimungkinkan hanya satu sel mikroba saja yang didapat. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Perbandingan yang digunakan dalam pengeceran adalah 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 (10-3) sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.

Bakteri lebih cepat berkembang daripada jamur, hal ini dikarenakan bakteri memperbanyak diri dengan cara membelah diri, sehingga hanya membutuhkan waktu ± 24 jam untuk berkembang, sedangkan jamur berkembang biak dengan spora, sehingga jamur membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membentuk spora ± 48 jam sampai spora pecah membentuk hifa.

Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu suhu, cahaya, pengeringan (kelembaban), keasaman (pH), pengaruh O2 dari udara, pengaruh tekanan osmotik, pengaruh mikroorganisme disekitarnya, dan pengaruh zat kimia (desintektan) terhadap mikroba.

Bentuk koloni dari mikroba berbeda-beda untuk tiap spesies dan bentuk itu merupakan ciri-ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Berat kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus dan kasarnya permukaan serta warna dari koloni merupakan sifat-sifat yang diperlukan untuk identifikasi suatu spesies. Warna dari mikroba, misalnya bakteri yang baru nampak jelas apabila mikroba itu diamati dalam kelompok. Kebanyakan bakteri memiliki warna keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan atau hamper bening, tetapi ada beberapa spesies mempunyai pigmen warna yang lebih tegas (Suriawiria, 2005).

Dalam media yang kami buat, media NA diperoleh hanya beberapa jenis mikroba saja yang ada pada sampel air sungai yaitu, punctiform, filamentos, dan cilcular, sedangkan pada media PDA diperoleh irregular, filamentos, spindle, dan circuler. Dari mikroba ini memiliki bentuk permukaan yang masih sama dari setiap media yaitu, berbentuk flat, sedangkan bentuk marginnya berbeda-beda yaitu, circulate, convex, entire, lobate, dan filamentos. Hal ini sesuai dengan tingkat perkembang dari masng-masing mikroba tersebut yang juga berbeda-beda.

Warna bakteri yang kami temukan tidak begitu bervariasi ada keputih-putihan, kelabu serta hampir bening. Bakteri berlendir dimana lapisan lendir terdiri dari karbohidrat. Pada beberapa spesies tertentu, lendir ini mengandung unsure nitrogen atau fosfor. Lapisan lendir bukan merupakan bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seolah-olah merupakan suatu benteng untuk bertahan terhadap faktor lingkungan.

Pada media PDA banyak ditumbuhi jamur daripada media NA karena pada media PDA terkandung karbohidrat, yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur, sedangkan bagi bakteri media yang mengandung karbohidrat sangat mengahambat perkembangan dari bakteri.

Faktor-faktor kesalahan yang bias terjadi yaitu:

a. Kesalahan dan kurang teliti dalam proses sterilisasi, hal ini dapat mengakibatkan sampel atau media yang digunakan bisa terkontaminasi oleh mikroba lain yang tidak diinginkan.

b. Tangan yang belum disterilkan dengan mengguankan alkohol, bisa membuat media, sampel dan alat yang digunakan terkontaminasi.

c. Berbicara pada saat pengeceran atau penanaman, karena udara bias membawa mikroba masuk kedalam media atau sampel.

d. Kesalahan dalam penuangan media yang digunakan, praktikan harus hafal yang mana larutan NA dan yang mana PDA, sehingga tidak ada yang salah menggunaka media.

e. Kesalahan dalam pengitungan dan pengamatan mikroba yang kurang teliti, sehingga mempengaruhi hasil pengamtan.

f. Kurang hati-hati dalam menghomogenkan media ketika dituangkan dalam cawan petri, bias menyebabkan media tumpah dan bias terkontaminasi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum kali ini diperoleh sebuah kesimpulan sebagai berikut:

a. Dari hasil yang didapat pada saat pengamatan terhadap air sungai Mahakam diperoleh : 3 mikroba yang berbentuk punctiform berdasar flat bermargin entire, 3 mikroba berbentuk filamentos bentuk dasar flat dan bermargin lobate (media NA), sedangkan media PDA, 2 buah irreguler dengan bentuk permukaan flat dan bermargin circulate, 10 buah berbentuk filamentos berpermukaan convex dan bermargin filamentos, 1 buah spindle dengan permukaan flat dan margin entire dan 9 buah circulate dengan permukaan f;at bermagin entire.

b. Penggunaan Bunsen sebagai pemanasan adalah untuk mensterilkan permukaan alat yang akan digunakan, agar terbebas dari mikroorganisme lain yang bisa mengkontaminasi media atau sampel kita.

c. Karena pada bakteri proses perbanyakan selnya lebih cepat yaitu, 24 jam dibandingkan dengan jamur yang membutuhkan waktu 48 jam, karena harus membentuk spora sehimgga membuthkan waktu lama.

5.2 Saran

Praktikum selanjutnya agar bias mengganti bahan air sungai Mahakam dengan air kemasan seperti teh gelas (mountea).

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.

Hadioetomo, Ratna S. 1983. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.

Hidayat, Nur. Masdira. C. P. Sri. S. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit ANDI: Yogjakarta.

Suriawiria, Unus. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinarti: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar