Tacca palmata

Tacca palmata
freelance

Kamis, 07 April 2011

penagkapan serangga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Cara Pengumpulan Serangga

Serangga dapat ditemukan di mana-mana. Adapun cara mengumpulkan serangga pun dapat dilakukan beberapa macam, tergantung pada maksudnya. Jika akan dibuat daur hidupnya, maka kita harus mengumpulkan mulai dari telur, nympha, larva, pupa hingga serangga dewasa (imago). Sedangkan jika hendak mengumpulkan serangga terbang, maka kita harus membawa alat jaring yang disautkan atau dijala dan kalau hendak mengumpulkan serangga air, maka kita harus membawa jaring yang ditenggelamkan di air (tentu saja menjadi basah) dan kemudian dikeringkan. Jika hendak menangkap serangga seperti kupu-kupu atau mengumpulkan ulat, pupa dan nympha, maka kita hanya perlu membawa pinset atau penjepit serta tempat yang tertutup rapat (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996).

Kadang-kadang dapat juga menjebak dengan menggunakan lem untuk menangkap lalat cicada di pohon tinggi. Dengan getah nangka, juga bisa dengan tabung pengisap yang diberi batas kapas. Lampu yang digunakan pada waktu menangkap serangga pada malam hari sangat memegang peranan. Kita hanya menunggu sampai keesokan harinya, ternyata tempat kantung di bawah alat sudah terisi banyak serangga (alat light trap) (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996).

Alat-alat yang digunakan

1. Alat-alat pendukung. Fungsi alat ini sebagai sarana makan untuk membuat atau menyiapkan alat-alat pokok seperti palu, gergaji, pisau, pahat, catut, kawat berbagai ukuran, paku, gunting, penjepit atau pinset, penusuk, jarum jahit, pisau skatel, kertas akrton, kertas koran, lem, jarum serangga, papan, kayu lunak (sengon atau balsa).

2. Jaring serangga. Alat ini dapat dibuat dari kayu, kawat, kain kelambu yang ukuran serta panjangnya dapat diukur semau kita (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996). Jaring serangga udara (Butterfly net) dibuat dari bahan yang ringan dan kuat, yaitu kain kasa atau blacu. Panjang tangkai jaring sekitar 75-100 cm. Mulut jaring terbuka dengan garis tengah 30 cm, panjang kantong kain kasa sekitar dua kali panjang garis tengah lingkaran mulut jaring. Jaring serangga dapat digunakan dengan dua cara, mengayunkan pada tanaman, dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi serangga yang terbang cepat. Kedua menyapukan disekitar tanaman, di sini akan diperoleh jumlah dan jenis serangga yang relatif kecil. Jaring serangga air (Aquatic net) tidak jauh berbeda dengan jaring serangga biasa, akan tetapi biasanya lebih kuat. Garis tengah lingkaran mulut jaring sebaiknya 10-15 cm saja. Panjang kantong biasanya tidak lebih dari garis tengah, panjang tangkai kayu antara 1,5-2 m. bentuk mulut jaring ada yang bulat, segitiga atau seperti huruf D. jaring serangga darat (Sweep net) lebih sesuai digunakan untuk menangkap serangga-serangga yang menempel atau terdapat pada tanaman-tanaman perdu. Sesungguhnys bentuk jaring serangga darat ini relatif sama dengan jaring serangga udara, hanya dibuat dari bahan yang lebih kuat. Jaring serangga darat terdiri dari dua lapis. Jaring bagian luar panjangnya 45-60 cm, sedangkan bagian dalam panjangnya hanya 30 cm dengan bagian ujung terbuka. Panjang gagang atau tangkai 75 cm dan diameter lingkaran mulut jaring 30 cm. Jaring ini digunakan dengan cara mengayunkannya atau menyapukannya di atas permukaan tanaman (Jumar, 2000).

3. Tabung pengisap. Alat ini dapat dibuat dari kaca atau pipa yang dibuat membelok dan diberi sekat kapas.

4. Botol pembunuh. Alat ini harus tertutup rapat, oleh karena uapnya sangat beracun, yaitu berupabotol plastik berbagai ukuran dapat ditutup rapat dengan cara putar atau langsung.

5. Sampul serangga. Dikenal dengan nama papilot. Fungsinya sebagai tempat menyimpan serangga untuk sementara, berupa amplop-amplop plastik.

6. Papan perentang sayap. Alat ini dibuat dari kayu lunak seperti sengon atau balsa, lapisan kardus, sekrup pengencang, jarum-jarum untuk mengatur sayap dan antena, kertas penjepit.

7. Jarum serangga. Alt ini dapat digunakan untuk mengatur sayap, antena dan penusuk punggung di kotak-kotak penyimpanan. Jarum harus tahan karat dan nomor-nomornya tergantung jenis serangga.

8. Kotak pengering. Alat ini sebaiknya diberi lampu 25 watt, untuk mengeringkan serangga sebelum disimpan, harus rapat tidak dapat dimasuki serangga hama seperti semut dan sebangsanya.

9. Bejana pelemas. Untuk melemaskan badan serangga dan alat-alat, misalnya untuk praktikum mahasiswa, maka kita terlebih dahulu harus membuat lemas serangga dengan mencelupkan ke dalam tawas atau alkohol 70% atau hanya diuapi air panas.

10. Kotak penyimpan. Lemari penyimpan atau kotak koleksi dibuat agar raktis, mudah diawasi dan mudah diambil. Berupa rak-rak dorong dengan lampu 25 watt dan untuk mengering seperti kapur tohor, silikagel dan paradkhlorbenzen. Juga sebagai pencegah serangga digunakan kantung merica, serbuk nafta len dan kamfer gantung.

11. Alat penangkap serangga.

a. Menggunakan cahaya:

Lampu perangkap: beberapa serangga akan tertarik pada beberapa intensitas cahaya. Oleh sebab itu ada beberapa macam lampu perangkap serangga yakni Rothamsted light trap dan light trap.

b. Menggunakan umpan:

Jebakan berumpan (Baited traps): umpan yang sering digunakan untuk menarik serangga adalah dari jenis yang manis seperti gula, bir, sirup. Umpan biasanya dipakai dengan mengoleskannya ke pangkal permukaan pohon.

c. Lubang jebakkan berumpan (Baited pit all traps):

Alat ini sering digunakan untuk menangkap serangga dari ordo Coleoptera seperti kumbang dan kepik. Alat ini terdiri dari sebuah pot yang dimasukkan ke dalam tanah.

d. Perangkap kupu-kupu (Butterfly traps):

Alat ini sering digunakan untuk menangkap serangga kupu-kupu, ngengat dan lalat. Perangkap ini terdiri dari jaring net yang berbentuk silinder bagian atasnya digantungkan papan dengan celah berukuran kurang lebih 3 cm. alat ini ddapat digantungkan di pohon atau diletakkan di pohon belukar. Umpan diletakkan di tengah-tengah papan. Serangga kupu-kupu yang tertarik pada umpan akan masuk melalui celah. Kupu-kupu yang telah memakan umpan akan terbang ke atas di dalam jala net dan tidak keluar lagi (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996).

Ordo Lepidoptera

Lepidoptera berasal dari kata lepido berarti sisik dan ptera berarti sayap (bahasa Yunani). Serangga ini memiliki dua pasang sayap, sayap belakang biasanya sedikitkecil dari pada sayap depan. Sayap ditutup oleh bulu-bulu atau sisik. Imago dari ordo lepidoptera disebut kupu-kupu (jika aktif pada siang hari) atau ngengat (jika katif pada malam hari). Kupu-kupu (butterfly)memiliki sayap yang relatif indah dengan warna menarik, sedangkan ngengat (moth) bersayap kusam dan kurang menarik, biasanya tertarik pada cahaya lampu.

Antena panjang, ramping dan kadang-kadang plumose (banyak rambut) atau membongkol pada ujungnya. Larva biasanya dengan tiga pasang kaki toraksial dan lima pasang kaki abdominal atau kurang. Tubuh ada yang berbulu dan ada yang tidak. Metamorfosis sempurna, hampir semua larva (ulat) sebagai pemakan tanaman, baik daun, batang, bunga maupun pucuk. Beberapa spesies sebagai penggerek batang, buah dan membuat puru. Serangga dewasa dapat membantu proses penyerbukan (Jumar, 2000).

Ordo lepidoptera ukurannya bermacam-macam lebar 3-250 mm. bagian mulut unutk menjahit pada larva, menusuk pada dewasa, tanpa mandibula. Maxillae bersendi seperti lingkaran saluran atau belalai (proboscis) untuk mengisap cairan. Mata besar, bersayap 4, membraneus biasanya luas degang beberapa vena menyilang dan ditutupi oleh sisik-sisik mikroskopis yang saling menutupi, badan bersisik atau berambut. Warnanya jelas, larva seperti cacing dengan 3 pasang kaki dan kaki depan ke perut. 2 kelenjar sutera pada bibir dipakai untuk memintal coccon berisi pulpa (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996).

Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang. Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Pengisap seperti spiral. Badan larva terdiri dari 13 segmen. Bagian mulutnya dilengkapi alat untuk menggigit. Larva ini mempunyai 3 pasang kaki pada dada (thorak) dan biasanya ada kaki 5 pasang kaki pada bagian perut (abdomen), yang disebut kaki semu (proleg). Tiap pasang kaki semu ini terikat pada segmen perut ke 6, 7, 8, 9 dan 12, pada ujung kaki (proleg) terdapat semacam kait dari khitin. Perkembangannya secara holomet bolis, yakni ulat menjadi pupa kemudian menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu yang kecil biasanya dikelompokkan dalam Microlepidoptera, sedangkan yang besar dalam kelompok Macrolepidoptera (Pracaya, 1991).

Ordo Hymenoptera

Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani kuno human atau hymen yang artinya kulit tipis, membran dan ptera yang artinya sayap. Disebut demikian karena sayap ordo seperti membran yang telanjang tak ada pelindungnya. Dalam ordo terdapat beberapa keluarga pemakan tanaman, tetapi sebagian besar merupakan pemakan binatang lain (Pracaya, 1991).

Bagian ulit tipe menjahit, mengelus-menusuk, mengisap pada lebah. Bersayap 4, kecil, membraneus, ada vena, waktu terbang bergetar. Betina dengan ovipositor untuk menggergaji, menusuk dan menyengat, larva serupa u;at, tak berkaki, pupa pada umumnya dalam coccon. Mengalami metamorfosis sempurna, kebanyakan solitair, tetapi sosial dalam koloni. Larva sering parasit. Ada 103 spesies (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996).

Lokasi dan Waktu Pengumpulan Serangga

Tiap serangga memiliki masa aktif sendiri-sendiri sehingga berbeda antara satu jenis serangga dengan serangga lainnya. Oleh karena itu , jika kita ingin mengumpulkan satu jenis serangga tertentu maka kapan masa aktif serangga tersebut perlu diketahui terlebih dahulu. Ada serangga yang aktif pada pagi hari, siang hari, sore hari dan bahkan ada yang aktif pada malam hari. Ada baiknya jika sebelum melakukan pengumpulan serangga terlebih dahulu mengetahui gejala atau tanda yang ditimbulkan maupun yang ditinggalkan oleh serangga pada tanamna serta bagian-bagiannya. (Jumar, 2000).


DAFTAR PUSTAKA

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Pracaya. 1991. Hama dan Penyskit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Simanjuntak, R. H dan Hadikastowo. 1996. Mengumpulkan dan Mengawetkan Serangga.Jakarta: Penerbit Bhratara.